Home » , , » Cinta Allah Kepada Hambanya

Cinta Allah Kepada Hambanya

DR H Imam Mawardi, MA

Allah cinta kepada hambaNya, bahkan segala yang Allah taqdirkan dan tetapkan untuk kita dalam kehidupan ini, adalah wujud cinta kita kepada Allah. Hanya saja banyak manusia yang tertutup hatinya untuk membaca dan merasakan cinta Allah. Ketika menghadapi kegelisahan dan persoalan hidup. Banyak manusia ketika ditimpakan persoalan hidup mengatakan : Ya Allah kenapa Engkau berikan ini kepadaku. Tanpa mencoba melihat hikmah di balik itu, tanpa mencoba merasakan kembali betapa cinta Allah kepada kita. Menurut logika, ketika seseorang membuat sesuatu dengan tangannya sendiri, maka yang dibuat oleh orang itu pasti disenangi oleh yang membuat. Kalau kita membuat sebuah karya, maka karya itu pasti akan kita cintai, dan ketika karya kita dihina oleh orang lain, tentu kita akan kecewa. Kita diciptakan oleh kekuasaan Allah, apa mungkin Allah tidak mencintai ciptaanNya sendiri? Logika menjawab ; tidak mungkin. Allah menciptakan kita dengan cinta, dan mengatur hidup kita dengan cinta. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Shaad : 75 

75. Allah berfirman: "Hai iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) Termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". 

Kita diciptakan oleh Allah, maka pasti kita dicintai oleh Allah, tetapi kita tertutup membaca, merasakan cinta Allah dalam kehidupan ini. Sehingga dalam beribadah terasa berat, merasa ada beban. Ibadah tidak diniatkan sebagai bentuk syukur atas cinta yang Allah berikan kepada kita. Dari Al-Qur’an maupun Al Hadist, ada 8 dalil yang bisa kita renungkan pada hari ini sebagai wujud cinta Allah kepada kita. 

Pertama, ‘adamu ta’jiilil ‘uquubah (menunda hukuman) kepada hambaNya yang punya niat berbuat kejelekan. Dalam hadis disebutkan, ketika seorang hamba berniat berbuat kebaikan, langsung ditulis oleh malaikat, tetapi ketika seorang hamba berniat melakukan kejelekan, belum ditulis, kecuali telah melakukannya. Apakah ini bukan wujud cinta dari Allah? Seorang yang berniat bebuat kebaikan walaupun tidak terlaksana, dia akan dicatat sebagai kebaikan, seeorang berniat berbuat kejelekan, jika tidak terlaksana, maka tidak dicatat sebagai kejelekan. 

Kedua, Qaabilut taubah (Maha menerima taubat hambaNya). Ketika kita berbuat kesalahan, berbuat dosa. Allah tidak memberikan hukuman seketika, karena Allah Maha Menerima taubat kepada hambaNya. Sehingga jika dia berbuat salah, masih diberi kesempatan untuk bertaubat. Adakah orang yang senantiasa menerima permintaan maaf kita, ketika kita berbuat kesalahan yang berulang-ulang? Allah berfirman surah Ali Imron : 135 

135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. * 

53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 

3. yang mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. yang mempunyai karunia. tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). Semua kita pasti memiliki dosa. Seiman-imannya kita pasti pernah berbuat salah kepada Allah. Allah berfirman dalam surah Al Anfaal : 4. 

4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. 

Kata “mendapatkan ampunan” bisa diartikan, bahwa orang yang beriman dengan haq, tetap masih punya dosa. Tetapi dengan cintaNya, Allah masih mau mengampuni dosa kita. 

Ketiga, I’thoouts tsawaab al katsiir lil asy yaa’ al qoliil(Allah memberi pahala yang banyak, untuk perbuatan yang banyak pula). Walaupun perbuatan itu sangat mudah. Seperti, dalam hadis dinyatakan : Barangsiapa membaca subhaanallah wabihamdih sebanyak 100 kali setiap hari, maka Allah akan menganaugerahkan seribu kebaikan untuk dirinya. Barang siapa yang puasa satu hari Arafah, maka dosanya setahun yang lalu dan setahun kemudian akan diampuni Allah. Barang siap yang dalam hidupnya, yang di waktu pagi dan sorenya membaca bismillahi laa yadhurru ma’asmihi syaiun fil ardhi wa laa fis samaa’I wa huwas samii’un aliim. Maka akan diamankan oleh Allah dari segenap musibah dan dalam bermacam-macam bencana dalam hidupnya. Barang siapa yang ketika menjelang shalat shubuh membaca Laailaaha illa anta subhaanaka innii kuntu minadhoolimiin. Maka Allah akan membimbing untuk bebas dari bencana. Barang siapa shalat sebelum Shubuh, maka akan diberi pahala seluas bumi dan langit beserta isinya. Barang siapa seorang suami membangunkan isterinya pada malam hari,kemudian keduanya shalat dua rakaat, maka Allah akan memberikan kasih sayangNya. Dan lain sebagainya. Adakah manusia yang memberikan kepada orang lain sebanyak Allah berikan kepada hambaNya?. Inilah bentuk kecintaan Allah kepada hambaNya. Tetapi mengapa kita lebih mencintai orang lain daripada Allah? Mengapa kita menaati orang lain, dan tidak menaati Allah? Mengapa kita selalu melupakan Allah dalam hidup, padahal Allah senantiasa mengatur kita dalam hidup ini. 

Keempat, innal hasanaat bi’asyri amtsalihaa, wa innas sayyiaat bimitslihaa. (orang yang berbuat dibalas sepuluh, barang siapa yang berbuat satu kejelekan, maka dibalas satu). (al An’am : 160). 

Kelima,dari 99 asmaaul husna, mayoritas mencerminkan cinta, daripada siksa. Misalnya Ar Rahmaan, Ar Rohiim, al Ghofuur dlsb. Sedang yang menunjukkan siksa misalnya al Muntaqiim, Al Jabbar yang jumlahnya amat sedikit. 

Keenam, Tholabud du’aa’ (Allah meminta hambaNya untuk berdoa). Adakah menusia di dunia ini yang mengatakan memintalah kalian, maka senantiasa engkau aku berikan? Sifat manusia, bila diminta satu kali mungkin masih bisa senang hati dia memberi, dua kali bisa senang hati memberi, tetapi jika setiap kali diminta dan diminta, pasti dia jengkel. Tapi kalau Allah, akan selalu senang hati bila dimintai hambaNya, berapa kali pun.Allah berfirman dalam surah al Mukmin : 60 : 

60. dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". Bahkan ada hadis yang menyatakan, bahwa Allah merasa malu ketika ada hambaNya mengangkat tangannya, meminta kepadaNya, kemudian tidak memenuhinya permintaan tersebut. Rasulullah SAW bersabda : Allah akan marah ketika hambaNya tidak berdoa. Semakin banyak kita berdoa, semakin Allah cinta kepada kita. 

Ketujuh, Allah selalu mendinginkan hati hambaNya, ketika hambaNya diberi musibah. Dia tidak membiarkannya. Allah berfirman dalam surah Al Insyirah : 6 

6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 

Surah Al Baqarah : 185 

185. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. 

Kedelepan, Allah menyediakan surga dengan DiriNya sendiri, bukan dengan malaikatNya. ‘adadtu bi ‘ibaadis shoolihiihin maala ‘ainun ro’at walaa uzunun samiat walaa khathara biqalbin basyar ( Aku yang menyiapkan surga untuk hamba-hambaKu yang sholih). Jadi, surga telah disiapkan oleh Allah untuk hambaNya yang sholih. Karena Allah mencintai hambaNya. Pertanyaan yang tentu mengusik kita, kalau memang Allah cinta, kenapa Allah berikan musibah? Jawabanya adalah, bagi mukmin sejati, di balik musibah terselip hikmah yang luar biasa. Musibah adalah pintu gerbang untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Bagi yang tidak mengenal Allah, dan tidak mengenal agama dalam hidupnya, kekayaan, kejayaan dan kebahagiaan sementara di dunia ini adalah pintu gerbang penderitaan yang sesungguhnya. Maka, jalani hidup ini dengan bahagia walaupun ada musibah. 

Di balik musibah ada terselip hikmah yang besar. Kita menengok ke belakang, kita lihat ke masa lalu. Nabi Nuh, dipukul hingga pingsan oleh umatnya, diingkari umatnya, tetapi Nabi Nuh sabar. Dan akhirnya beliau selamat dengan perahunya. Nabi Ibrahim dibakar, tetapi dengan itu beliau menjadi kholilullah (nabi kekasih Allah). Nabi Ismail, ketika bersedia disembelih, dimuliakan oleh Allah. Nabi Yusuf, ketika masih kecil di lempar ke sumur, dimasukkan dalam penjara, setelah itu dianugerahi oleh Allah kekuasaan, ilmu ta’wil dll. Nabi Muhammad, sebelumnya dalam dakwahnya pernah dibaikot, dihina, dicaci, setelah itu menjadi sayyidul ambiyaa’ wal mursaliin. Dan Nabi Muhammad tidak akan pernah terhina, dengan hinaan siapapun, karena beliau pada hakekatnya memang mulia di sisi Allah. 

Ketika kita mengisi hati dengan iman dan Islam, kitapun merupakan mutiara-mutiara kecil yang tidak pernah akan hina dan dihinakan, Allah akan menganugerahkan kebaikan-kebaikan ketika kita sabar. Al Baqarah : 156 

156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". 


0 komentar:

Posting Komentar