Prof DR H Shalahuddin Hardy
Membumikan Akhlak Rasulullah Saw, Teramat agung pribadi Rasulullah SAW sehingga pada suatu hari para sahabat yang ditanya oleh seorang badui tentang akhlak beliau SAW hanya mampu menangis karena tak sanggup untuk menggambarkan betapa mulia akhlak beliau SAW. Beliau diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia dan sebagai suri tauladan yang baik sepanjang zaman.
Sungguh kehadiran Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia lewat segala hal yang beliau contohkan kepada umat manusia. Beliau tidak pernah pandang bulu dalam hal menghargai manusia, penuh kasih sayang, tidak pernah mendendam, malahan beliau pernah menangis ketika mengetahui bahwa balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala hingga menginginkan umat manusia untuk meng-esakan Allah SWT. Akhlak Rasulullah Saw.
Cukup kiranya beliau yang jadi suri tauladan kita, umat Islam khususnya yang hari ini sebagian sudah sangat jauh dari akhlak Rasulullah, baik dalam tindakan maupun perkataan yang menyejukkan. apa yang dikatakan oleh seorang sastrawan Pakistan, Muhammad Iqbal dalam salah satu karyanya dapat kita jadikan renungan bersama dimana beliau berkata: “Barangsiapa yang mengaku umat Nabi Muhammad, hendaklah berakhlak seperti beliau (Nabi Muhammad)”. Akhlak Rasulullah Saw.
Dalam rangka membumikan akhlak Rasulullah SAW, ada beberapa aspek, sehingga seorang mukmin betul-betul yakin akan menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola dalam kehidupannya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al Ahzab : 21 yang maknanya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Akhlak Rasulullah Saw.
Ayat tersebut penekanan katanya adalah uswah (contoh, suri tauladan). adapun keteladan tersebut bisa didapatkan dari lingkungan. Pertama, adalah orang tua. Orang tua merupakan contoh atau tauladan bagi anak-anaknya. Terutama ibu yang waktu bersama dengan anak-anaknya lebih banyak dibanding bapak. Karenanya, seorang ibur merupakan pendidik pertama bagi anaknya. Rasulullah SAW bersabda : Al umm madrasatul uula (ibu adalah sekolah yang pertama bagi seorang anak). Oleh karena itu, merupakan kwajiban oleh seorang ibu untuk memberi contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Kemudian seorang keluarga harus memberi contoh teladan bagi pembantunya. Memberi pendidikan yang baik kepada mereka. Memperlakukan mereka dengan adil, tanpa memandang dia pembantu, karena mereka juga manusia yang sama dengan kita. Saya teringat dengan KH Ilyas, mantan menteri agama. Dia seorang yang sangat menghormati pembantu. Beliau jika mengajak bicara dengannya selalu menggunakan bahasa Jawa halus (kromo). Dan bila beliau bepergian, pasti berpamitan dengan pembantunya itu. Sikap seperti ini contoh baik yang bisa juga kita tiru. Kemudian akhlak seorang keluarga terhadap tetangganya. Allah SWT. (QS An Nisa’ : 36). Akhlak Rasulullah Saw.
Rasulullah SAW bersabda : man kaana yu’minu billahi wal yaumil aakhiri fal yukrim jaarohu (barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya dia memulyakan tetangganya). Sabda beliau yang lain : wain thobakhtum fa aktsir maa ahaa, wa ta’aahad jiiroonaka ( jika kamu memasak, maka perbanyaklah airnya dan bagikan kepada tetangganya). Akhlak Rasulullah Saw.
Kemudian seorang keluarga berbuat baik kepada manusia yang lain. Dalam hal ini Rasulullah bersabda : Khoirun naasi anfa’uhum lin naas ( sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain). Akhlak Rasulullah Saw.
Kedua, guru. Guru seharusnya bisa menjadi tauladan kepada anak didiknya. Jangan seperti ungkapan “guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Kalau kita kaji mengenai pelajaran agama mulai dari sekolah tingkat dasar hingga perguruan tinggi, diadakan. Tetapi fenomena yang terlihat sekarang adalah walaupun mereka pintar dalam materi itu, namun dalam praktek kesehariannya tidak mencerminkan orang yang tahu agama. Sehingga bisa kita saksikan sekarang, banyak praktek-praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di negeri ini, padahal mayoritas agama umat di negeri ini adalah Islam. Akhlak Rasulullah Saw.
Ketiga, pemimpin. Pemimpin seharusnya juga bisa memberi tauladan yang baik pada bawahannya. Memberikan contoh yang konkrit kepada bawahannya merupakan kewajiban seorang pemimpin, dan akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat nanti. Akhlak Rasulullah Saw.
Terakhir, sesungguhnya, keimanan kita adalah diukur sejauh manakah ketaatan kita terhadap Allah dan RasulNya. Semoga Allah meredhai kita di dalam menegakkan kebenaran dan kebaikan melalui ajaran-ajaran Rasulullah SAW, sehingga Islam benar-benar tegak sebagai agama yang luhur di bumi ini. Akhlak Rasulullah Saw.
Sungguh kehadiran Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia lewat segala hal yang beliau contohkan kepada umat manusia. Beliau tidak pernah pandang bulu dalam hal menghargai manusia, penuh kasih sayang, tidak pernah mendendam, malahan beliau pernah menangis ketika mengetahui bahwa balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala hingga menginginkan umat manusia untuk meng-esakan Allah SWT. Akhlak Rasulullah Saw.
Cukup kiranya beliau yang jadi suri tauladan kita, umat Islam khususnya yang hari ini sebagian sudah sangat jauh dari akhlak Rasulullah, baik dalam tindakan maupun perkataan yang menyejukkan. apa yang dikatakan oleh seorang sastrawan Pakistan, Muhammad Iqbal dalam salah satu karyanya dapat kita jadikan renungan bersama dimana beliau berkata: “Barangsiapa yang mengaku umat Nabi Muhammad, hendaklah berakhlak seperti beliau (Nabi Muhammad)”. Akhlak Rasulullah Saw.
Dalam rangka membumikan akhlak Rasulullah SAW, ada beberapa aspek, sehingga seorang mukmin betul-betul yakin akan menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola dalam kehidupannya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al Ahzab : 21 yang maknanya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Akhlak Rasulullah Saw.
Ayat tersebut penekanan katanya adalah uswah (contoh, suri tauladan). adapun keteladan tersebut bisa didapatkan dari lingkungan. Pertama, adalah orang tua. Orang tua merupakan contoh atau tauladan bagi anak-anaknya. Terutama ibu yang waktu bersama dengan anak-anaknya lebih banyak dibanding bapak. Karenanya, seorang ibur merupakan pendidik pertama bagi anaknya. Rasulullah SAW bersabda : Al umm madrasatul uula (ibu adalah sekolah yang pertama bagi seorang anak). Oleh karena itu, merupakan kwajiban oleh seorang ibu untuk memberi contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Kemudian seorang keluarga harus memberi contoh teladan bagi pembantunya. Memberi pendidikan yang baik kepada mereka. Memperlakukan mereka dengan adil, tanpa memandang dia pembantu, karena mereka juga manusia yang sama dengan kita. Saya teringat dengan KH Ilyas, mantan menteri agama. Dia seorang yang sangat menghormati pembantu. Beliau jika mengajak bicara dengannya selalu menggunakan bahasa Jawa halus (kromo). Dan bila beliau bepergian, pasti berpamitan dengan pembantunya itu. Sikap seperti ini contoh baik yang bisa juga kita tiru. Kemudian akhlak seorang keluarga terhadap tetangganya. Allah SWT. (QS An Nisa’ : 36). Akhlak Rasulullah Saw.
Rasulullah SAW bersabda : man kaana yu’minu billahi wal yaumil aakhiri fal yukrim jaarohu (barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya dia memulyakan tetangganya). Sabda beliau yang lain : wain thobakhtum fa aktsir maa ahaa, wa ta’aahad jiiroonaka ( jika kamu memasak, maka perbanyaklah airnya dan bagikan kepada tetangganya). Akhlak Rasulullah Saw.
Kemudian seorang keluarga berbuat baik kepada manusia yang lain. Dalam hal ini Rasulullah bersabda : Khoirun naasi anfa’uhum lin naas ( sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain). Akhlak Rasulullah Saw.
Kedua, guru. Guru seharusnya bisa menjadi tauladan kepada anak didiknya. Jangan seperti ungkapan “guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Kalau kita kaji mengenai pelajaran agama mulai dari sekolah tingkat dasar hingga perguruan tinggi, diadakan. Tetapi fenomena yang terlihat sekarang adalah walaupun mereka pintar dalam materi itu, namun dalam praktek kesehariannya tidak mencerminkan orang yang tahu agama. Sehingga bisa kita saksikan sekarang, banyak praktek-praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di negeri ini, padahal mayoritas agama umat di negeri ini adalah Islam. Akhlak Rasulullah Saw.
Ketiga, pemimpin. Pemimpin seharusnya juga bisa memberi tauladan yang baik pada bawahannya. Memberikan contoh yang konkrit kepada bawahannya merupakan kewajiban seorang pemimpin, dan akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat nanti. Akhlak Rasulullah Saw.
Terakhir, sesungguhnya, keimanan kita adalah diukur sejauh manakah ketaatan kita terhadap Allah dan RasulNya. Semoga Allah meredhai kita di dalam menegakkan kebenaran dan kebaikan melalui ajaran-ajaran Rasulullah SAW, sehingga Islam benar-benar tegak sebagai agama yang luhur di bumi ini.
0 komentar:
Posting Komentar