KH Abdusshomad Buchori
Untuk mewujudkan moralitas bangsa, diperlukan tiga wawasan. Pertama adalah wawasan keagamaan. Artinya, seorang muslim harus mempunyai komitmen. Seorang muslim yang mempunyai Tuhan Allah, mempunyai Rasul Muhammad SAW, mempunyai kitab suci Al-Qur’an, mempunyai hadist, mempunyai buku-buku karangan para ulama’, itu semua harus dikaji, dan dipelajari secara mendalam untuk membimbing diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Orang yang mempunyai wawasan keagamaan, merasa dirinya diawasi Allah SWT di manapun berada. Kita tidak bisa lari dari catatan malaikat, apapun yang kita lakukan. Orang yang mempunyai wawasan keagamaan, selalu mendekatkan diri kepada Allah, melakukan ibadah dengan tekun, berjuang membela agama Allah, mengkaji dan mendalami ajaran-ajaran Islam, patuh kepada hukum, toleran terhadap sesama dalam konteks pergaulan hidup berbangsa dan bernegara. Orang yang mempunyai wawasan keagamaan akan peka terhadap problem-problem sosial, tidak apriori terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya.
Kedua, wawasan kebangsaan. Kita harus bersyukur kepada Allah, hidup di negara Indonesia. Negara yang sangat luas. Negara yang mempunyai 17.504 pulau, dengan 505 suku, kultur dan budaya. Jumlah penduduk 245 juta. Kalau kita cinta negeri ini, maka berarti cinta terhadap sesama umat Islam, karena mayoritas di negeri ini adalah umat Islam. Sehingga, jika terjadi kerusuhan, maka yang menjadi korban adalah umat Islam. Kalau kita membangun bangsa ini, berarti juga membangun umat Islam. Dalam rangka membangun bangsa dan negara telah dirumuskan 4 pilar, yakni Pancasila, UU45, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Jadi ketiga pilar itu harus dipahami oleh umat Islam, dan jangan sampai keliru memahami dan menterjemahkan. Bhineka Tunggal Ika adalah suatu kenyataan, karena di negeri ini ada bermacam-macam kultur budaya dan agama. Dalam arti kita tidak boleh mencampuradukan ajaran-ajaran agama.
Ketiga, wawasan pembangunan. Artinya kita harus berorientasi membangun bangsa dan negara. Meningkatkan ekonomi. Menggali sumber daya alam, dengan sumber daya manusia yang dikembangkan oleh generasi-generasi muda negeri sendiri. Membentengi generasi-generasi muda, jangan sampai meniru budaya-budaya barat kemudian dikembangkan di negeri ini. Karena karakter kita sangat berbeda dengan mereka.
Ada fenomena yang sekarang lagi gencar-gencarnya, yakni pendangkalan aqidah. Ada seseorang yang mengaku menjadi nabi. Ada seorang intelektual mengatakan, bahwa Al-Qur’an adalah produk budaya. Dia mengatakan bahwa Al-Qur’an disusun atas kerjasama antara Allah, malaikat Jibril, dan orang Quraisy. Ini pendapat yang sengaja dimasukkan sebagai virus untuk merusak umat Islam.
Fenomena yang lain adalah pendangkalan syariat. Ada yang mengatakan pergi haji tidak perlu, Jumatan tidak wajib. Perkawinan sejenis, yang dihembuskan lewat perguruan tinggi. Banyak yang menolak, tetapi anehnya ada tokoh yang melindungi. Sekarang banyak distorsi-distorsi. System pemahaman yang sengaja dibuat keliru, untuk menjebak umat Islam yang kualitas keimanannya masih rendah
Memang ada skenario besar agar bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini rusak. Karena tidak ada penduduk dunia ini yang mayoritas umat Islam di atas 200 juta. Melawan Islam secara langsung, tentu mereka tahu kalau jelas akan kalah, maka dengan pendangkalan aqidah inilah umat Islam sedikit demi sedikit akan bisa dikikis, minimal bisa dilemahkan. Misalnya mereka mengumandangkan bahwa kedudukan agama sama, kebenaran agama relative, ini fikiran-fikiran orang-orang liberal. Jadi jangan hanya menuduh radikalisme, tetapi liberalisme juga harus diwaspadai, karena juga akan merusak negeri ini. Sehingga, seharusnya umat Islam tidak terjebak, perlu selektif, pemberitaan-pemberitaan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Media televisi di Indonesia ini 80% dibiayai oleh kapitalis, yang notabene adalah Yahudi.
Upaya-upaya dalam rangka memperbaiki moral ini adalah :
- Harus kembali menerapkan dasar-dasar keagamaan dalam aktifiatas pembangunan. Meningkatkan pendidikan keagamaan, baik di sekolah formal, informal maupun non formal.
- Menggiatkan dakwah, baik bil lisaan (dengan dakwah, diskusi, sarasehan). Bil qalam (dengan penerbitan-penerbitan bacaan pencerahan keagamaan). Bil haal ( dengan action, melakukan hal-hal yang menyentuh kepada masyarakat, sehingga mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang baik,
sesuai peran masing-masing).
- Memfungsikan masjid sebagai pusat pembinaan umat.
- Gerakan pembinaan moral bangsa. Pemerintah bersama dengan rakyat, membangun bersama. Jangan sampai APBD hanya untuk hal-hal yang bersifat duniawi melulu. Jangan hanya ngomong ekonomi melulu, tetapi juga ngomong moral.
- Adanya regulasi yang jelas. Politisi dengan negarawan, bergabung membuat aturan-aturan tentang pembinaan umat. Sehingga, jika menyikapi sesuatu para tokoh tidak ngomong sendiri-sendiri. Misalnya, Lady Gaga datang para tokoh ngomong berbeda-beda, ragu-ragu, tidak tegas dan bingung sehingga umat juga bingung. Padahal sudah jelas merusak pancasila, UUD 45 dan kultur bangsa, apalagi agama. Jadi harus jelas tegas. Jangan menjadi pemimpin peragu, bersikap tidak jelas, padahal dia dipilih oleh rakyat. Kalau punya iman, punya taqwa, punya kitab suci, punya dasar lengkap, tidak ada kata “ragu”.
- Mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Jangan boleh negeri tercinta ini didikte oleh orang-orang asing. Dalam menyelesaikan persoalan selalu menjunjung sikap jujur dan amanah.
Kedua, wawasan kebangsaan. Kita harus bersyukur kepada Allah, hidup di negara Indonesia. Negara yang sangat luas. Negara yang mempunyai 17.504 pulau, dengan 505 suku, kultur dan budaya. Jumlah penduduk 245 juta. Kalau kita cinta negeri ini, maka berarti cinta terhadap sesama umat Islam, karena mayoritas di negeri ini adalah umat Islam. Sehingga, jika terjadi kerusuhan, maka yang menjadi korban adalah umat Islam. Kalau kita membangun bangsa ini, berarti juga membangun umat Islam. Dalam rangka membangun bangsa dan negara telah dirumuskan 4 pilar, yakni Pancasila, UU45, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Jadi ketiga pilar itu harus dipahami oleh umat Islam, dan jangan sampai keliru memahami dan menterjemahkan. Bhineka Tunggal Ika adalah suatu kenyataan, karena di negeri ini ada bermacam-macam kultur budaya dan agama. Dalam arti kita tidak boleh mencampuradukan ajaran-ajaran agama.
Ketiga, wawasan pembangunan. Artinya kita harus berorientasi membangun bangsa dan negara. Meningkatkan ekonomi. Menggali sumber daya alam, dengan sumber daya manusia yang dikembangkan oleh generasi-generasi muda negeri sendiri. Membentengi generasi-generasi muda, jangan sampai meniru budaya-budaya barat kemudian dikembangkan di negeri ini. Karena karakter kita sangat berbeda dengan mereka.
Ada fenomena yang sekarang lagi gencar-gencarnya, yakni pendangkalan aqidah. Ada seseorang yang mengaku menjadi nabi. Ada seorang intelektual mengatakan, bahwa Al-Qur’an adalah produk budaya. Dia mengatakan bahwa Al-Qur’an disusun atas kerjasama antara Allah, malaikat Jibril, dan orang Quraisy. Ini pendapat yang sengaja dimasukkan sebagai virus untuk merusak umat Islam.
Fenomena yang lain adalah pendangkalan syariat. Ada yang mengatakan pergi haji tidak perlu, Jumatan tidak wajib. Perkawinan sejenis, yang dihembuskan lewat perguruan tinggi. Banyak yang menolak, tetapi anehnya ada tokoh yang melindungi. Sekarang banyak distorsi-distorsi. System pemahaman yang sengaja dibuat keliru, untuk menjebak umat Islam yang kualitas keimanannya masih rendah
Memang ada skenario besar agar bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini rusak. Karena tidak ada penduduk dunia ini yang mayoritas umat Islam di atas 200 juta. Melawan Islam secara langsung, tentu mereka tahu kalau jelas akan kalah, maka dengan pendangkalan aqidah inilah umat Islam sedikit demi sedikit akan bisa dikikis, minimal bisa dilemahkan. Misalnya mereka mengumandangkan bahwa kedudukan agama sama, kebenaran agama relative, ini fikiran-fikiran orang-orang liberal. Jadi jangan hanya menuduh radikalisme, tetapi liberalisme juga harus diwaspadai, karena juga akan merusak negeri ini. Sehingga, seharusnya umat Islam tidak terjebak, perlu selektif, pemberitaan-pemberitaan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Media televisi di Indonesia ini 80% dibiayai oleh kapitalis, yang notabene adalah Yahudi.
Upaya-upaya dalam rangka memperbaiki moral ini adalah :
- Harus kembali menerapkan dasar-dasar keagamaan dalam aktifiatas pembangunan. Meningkatkan pendidikan keagamaan, baik di sekolah formal, informal maupun non formal.
- Menggiatkan dakwah, baik bil lisaan (dengan dakwah, diskusi, sarasehan). Bil qalam (dengan penerbitan-penerbitan bacaan pencerahan keagamaan). Bil haal ( dengan action, melakukan hal-hal yang menyentuh kepada masyarakat, sehingga mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang baik,
sesuai peran masing-masing).
- Memfungsikan masjid sebagai pusat pembinaan umat.
- Gerakan pembinaan moral bangsa. Pemerintah bersama dengan rakyat, membangun bersama. Jangan sampai APBD hanya untuk hal-hal yang bersifat duniawi melulu. Jangan hanya ngomong ekonomi melulu, tetapi juga ngomong moral.
- Adanya regulasi yang jelas. Politisi dengan negarawan, bergabung membuat aturan-aturan tentang pembinaan umat. Sehingga, jika menyikapi sesuatu para tokoh tidak ngomong sendiri-sendiri. Misalnya, Lady Gaga datang para tokoh ngomong berbeda-beda, ragu-ragu, tidak tegas dan bingung sehingga umat juga bingung. Padahal sudah jelas merusak pancasila, UUD 45 dan kultur bangsa, apalagi agama. Jadi harus jelas tegas. Jangan menjadi pemimpin peragu, bersikap tidak jelas, padahal dia dipilih oleh rakyat. Kalau punya iman, punya taqwa, punya kitab suci, punya dasar lengkap, tidak ada kata “ragu”.
- Mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Jangan boleh negeri tercinta ini didikte oleh orang-orang asing. Dalam menyelesaikan persoalan selalu menjunjung sikap jujur dan amanah.
0 komentar:
Posting Komentar