Drs. H Kasno Sudaryanto, M.Ag
Sebagai agama yang universal, Islam mengajarkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan tanpa memandang latar-belakang. Karena itu Allah SWT telah berfirman dalam surah Al Hujurat : 13 yang maknanaya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada kita. Ada empat contoh yang bisa kita jadikan pijakan untuk menjadikan kita pribadi yang toleran. Pertama, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW ketika beliau menjadi pemimpin di Madinah. Di mana beliau menghormati orang Yahudi dengan keyakinannya. Beliau juga memberi kesempatan untuk mendirikan sekolah, yang dikenal dengan Baitul Midros, tempat mereka mempelajari kitab Thurah dan untuk beribadah. Sikap ini menunjukkan, betapa Rasulullah tidak memaksakan ajaran agama Islam kepada umat lain pada saat itu. Padahal, seandainya mau, semua bisa dipaksa, karena Rasulullah pada saat itu, menjadi penguasa di Madinah.
Kedua, ketika Rasulullah SAW menerima utusan Gereja Kristen dari bukit Sinai Mesir. Dalam pesannya yang ditulis yang disebut Piagam Anugerah. Piagam itu diabadikan sampai saat ini di Gereja Katerin Bonastre, bukit Sinai, Mesir. Surat perdamaian dan surat perlindungan itu, diberikan kepada mereka pada tahun 628 Masehi. Ketika delegasi Kristen itu mengunjungi Nabi di Madinah. Surat tersebut intinya adalah : “Ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, sebagai perjanjian siapapun yang menganut Kristiani. Kami mendukung mereka. Kami melindungi mereka. Siapapun, baik saya, pelayan saya, penolong dan pengikut saya, membela mereka orang-orang Kristen, yang merupakan bagian dari penduduk yang saya tempati ini”. Dalam catatan itu juga disebutkn, bahwa tiak ada paksaan terhadap mereka sedikitpun, untuk melakukan ibadah sesuai orang Islam. Dan dalam catatan itu juga dikatakan, tidak boleh ada yang menghancurkan rumah-rumah ibadah mereka, atau berbuat apapun yang menyebabkan mereka menderita. Umat Islam tidak boleh ada yang melanggar perjanjian itu, sampai pada hari Akhir nanti.
Ketiga, ketika Rasulullah SAW kedatangan 60 rombongan orang Kristen dari Yaman. Mereka diberi kesempatan untuk belajar dan berdialog, dan pada saat waktunya dia melakukan ibadah, dia berdiri menghadap Timur dalam masjid itu sambil berdoa sesuai keyakinan dan agamanya. Dan Rasulullah mengatakan : “ Mereka dilindungi dan mereka bebas akan menjalankan hidup di negaranya dan tidak akan diganggu”.
vKeempat, Rasulullah SAW pernah mengutus seorang non muslim yang bernama Amr bin Umayah. Untuk menjadi dutanya orang Islam di Etiophia.
Contoh-contoh itulah yang merupakan teladan Rasulullah dalam rangka menghormati umat yang lain dan melakukan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan dalam tolong menolong pun beliau tidak membatasi hanya dengan orang Islam. Hal ini tercermin dari hadis-hadis yang tidak membatasi itu. Misalnya, Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hormatilah tetangganya. Tetangga di maksud bukan hanya tetangga muslim saja. Ketika salah seorang sahabat akan memberi shodaqah kepada seseorang non muslim yang membutuhkan (faqir) Rasulullah hampir saja melarangnya, tetapi apa yang hendak dilakukan oleh Rasulullah itu diingatkan oleh Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam surah Al Baraqarah : 272.
Prinsip-prinsip dasar toleran itu, hendaknya menjadi pelajaran bagi kita, bagi bangsa Indonesia yang diberikan oleh Allah, dalam hidup di dunia ini yang beraneka ragam budaya dan agama. Maka sikap pluralistic harus dijunjung tinggi, dalam kaitan hubungan dengan sosial, atau hal-hal yang terkait dengan humanisme. Karena itu, sikap toleran dalam Islam tidak boleh menjadikan kita juga terhanyut dengan faham-faham yang membebaskan kehidupan dalam keyakinan. Artinya, bahwa dalam kaitannya dengan aqidah, maka prinsip-prinsip Islam tetap menjunjung tinggi nilai-nilai ketauhidan, tanpa menjadikan orang lain tersinggung. Karena itu, ketika orang-orang kafir mengajak Rasulullah bertoleran dalam menjalankan agama, maka Allah dengan tegas memberikan petunjuk. (QS Al Kaafirun : 1-6) yang maknanya : 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Jadi, dalam beribadah tidak boleh mencampur antara ibadah muslim dengan non muslim. Non muslim tidak boleh melakukan ibadah seperti muslim. Sebaliknya yang muslim juga tidak diperbolehkan mengikuti ibadah seperti non muslim. Namun, jika itu masalah keduniaan, Islam mengajarkan untuk saling berkasih sayang, saling membantu dan saling menghormati sebagai sesama makhluk hidup, sebagai sesama makhluk ciptaan Allah SWT. Inilah prinsip toleransi yang harus ditegakkan, dengan demikian insyaallah umat Islam akan mendapat keberkahan. (QS Al Ambiya: 107) yang maknanya : Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada kita. Ada empat contoh yang bisa kita jadikan pijakan untuk menjadikan kita pribadi yang toleran. Pertama, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW ketika beliau menjadi pemimpin di Madinah. Di mana beliau menghormati orang Yahudi dengan keyakinannya. Beliau juga memberi kesempatan untuk mendirikan sekolah, yang dikenal dengan Baitul Midros, tempat mereka mempelajari kitab Thurah dan untuk beribadah. Sikap ini menunjukkan, betapa Rasulullah tidak memaksakan ajaran agama Islam kepada umat lain pada saat itu. Padahal, seandainya mau, semua bisa dipaksa, karena Rasulullah pada saat itu, menjadi penguasa di Madinah.
Kedua, ketika Rasulullah SAW menerima utusan Gereja Kristen dari bukit Sinai Mesir. Dalam pesannya yang ditulis yang disebut Piagam Anugerah. Piagam itu diabadikan sampai saat ini di Gereja Katerin Bonastre, bukit Sinai, Mesir. Surat perdamaian dan surat perlindungan itu, diberikan kepada mereka pada tahun 628 Masehi. Ketika delegasi Kristen itu mengunjungi Nabi di Madinah. Surat tersebut intinya adalah : “Ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, sebagai perjanjian siapapun yang menganut Kristiani. Kami mendukung mereka. Kami melindungi mereka. Siapapun, baik saya, pelayan saya, penolong dan pengikut saya, membela mereka orang-orang Kristen, yang merupakan bagian dari penduduk yang saya tempati ini”. Dalam catatan itu juga disebutkn, bahwa tiak ada paksaan terhadap mereka sedikitpun, untuk melakukan ibadah sesuai orang Islam. Dan dalam catatan itu juga dikatakan, tidak boleh ada yang menghancurkan rumah-rumah ibadah mereka, atau berbuat apapun yang menyebabkan mereka menderita. Umat Islam tidak boleh ada yang melanggar perjanjian itu, sampai pada hari Akhir nanti.
Ketiga, ketika Rasulullah SAW kedatangan 60 rombongan orang Kristen dari Yaman. Mereka diberi kesempatan untuk belajar dan berdialog, dan pada saat waktunya dia melakukan ibadah, dia berdiri menghadap Timur dalam masjid itu sambil berdoa sesuai keyakinan dan agamanya. Dan Rasulullah mengatakan : “ Mereka dilindungi dan mereka bebas akan menjalankan hidup di negaranya dan tidak akan diganggu”.
vKeempat, Rasulullah SAW pernah mengutus seorang non muslim yang bernama Amr bin Umayah. Untuk menjadi dutanya orang Islam di Etiophia.
Contoh-contoh itulah yang merupakan teladan Rasulullah dalam rangka menghormati umat yang lain dan melakukan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan dalam tolong menolong pun beliau tidak membatasi hanya dengan orang Islam. Hal ini tercermin dari hadis-hadis yang tidak membatasi itu. Misalnya, Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hormatilah tetangganya. Tetangga di maksud bukan hanya tetangga muslim saja. Ketika salah seorang sahabat akan memberi shodaqah kepada seseorang non muslim yang membutuhkan (faqir) Rasulullah hampir saja melarangnya, tetapi apa yang hendak dilakukan oleh Rasulullah itu diingatkan oleh Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam surah Al Baraqarah : 272.
Prinsip-prinsip dasar toleran itu, hendaknya menjadi pelajaran bagi kita, bagi bangsa Indonesia yang diberikan oleh Allah, dalam hidup di dunia ini yang beraneka ragam budaya dan agama. Maka sikap pluralistic harus dijunjung tinggi, dalam kaitan hubungan dengan sosial, atau hal-hal yang terkait dengan humanisme. Karena itu, sikap toleran dalam Islam tidak boleh menjadikan kita juga terhanyut dengan faham-faham yang membebaskan kehidupan dalam keyakinan. Artinya, bahwa dalam kaitannya dengan aqidah, maka prinsip-prinsip Islam tetap menjunjung tinggi nilai-nilai ketauhidan, tanpa menjadikan orang lain tersinggung. Karena itu, ketika orang-orang kafir mengajak Rasulullah bertoleran dalam menjalankan agama, maka Allah dengan tegas memberikan petunjuk. (QS Al Kaafirun : 1-6) yang maknanya : 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Jadi, dalam beribadah tidak boleh mencampur antara ibadah muslim dengan non muslim. Non muslim tidak boleh melakukan ibadah seperti muslim. Sebaliknya yang muslim juga tidak diperbolehkan mengikuti ibadah seperti non muslim. Namun, jika itu masalah keduniaan, Islam mengajarkan untuk saling berkasih sayang, saling membantu dan saling menghormati sebagai sesama makhluk hidup, sebagai sesama makhluk ciptaan Allah SWT. Inilah prinsip toleransi yang harus ditegakkan, dengan demikian insyaallah umat Islam akan mendapat keberkahan. (QS Al Ambiya: 107) yang maknanya : Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
0 komentar:
Posting Komentar