Prof DR H Saidun Fiddaroini, MA
Kita diingatkan untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Peringatan itu tidak lain adalah mengajak untuk meningkatkan keimanan kita, karena taqwa itu sendiri adalah buah dari proses penguatan iman. Segala kewajiban ibadah, yang tampaknya berat, justeru akan dapat dilaksanakan dengan ringan, dengan penuh semangat, dengan tidak malas, kalau semua itu dilaksanakan dengan dasar iman yang kuat. Kuatnya iman, akan melahirkan nikmatnya ibadah. Dan nikmatnya ibadah, terasa pada saat melaksanakannya serasa ingin berlama-lama dalam beribadah, khusyu’ dan penuh kedamaian, ridho dan diridhoi oleh Allah SWT. Sebagaimana kita ketahui, bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan setengah-setengah, dan malas, maka tidak akan membuahkan hasil yang baik. Demikian juga ibadah yang didasari oleh iman yang lemah, akan terasa berat untuk melaksanakannya. Seperti membawa beban, maka dia ingin segera bebas dari beban itu. Setiap kali ingin beribadah, selalu ingin cepat-cepat selesai. Seperti melaksanakan shalat Tarawih, yang pada umumnya dilaksanakan dengan terburu-buru. Tidak ada kekhusyu’an, apalagi kenikmatan.
Mungkin saja setiap hari, terasa dalam hidup ini menanggung beban iman yang lemah. Demikian itu dimulai sejak diajari Islam, tanpa adanya peningkatan keimanan, memang akan terasa capek membawa iman yang lemah. Merasakan hidup di dunia, serasa dipenjara, merasakan banyak larangan. Sampai-sampai kadang keluar ucapan : “ Enak menjadi orang yang tidak beriman, karena tidak dibebani dengan kewajiban-kewajiban, dan tidak ada larangan-larangan”. Demikian inilah keadaan orang yang imannya lemah, mudah digoda dengan maksiyat, kalau maksiyat itu dibiarkan, jalan dan diterus-teruskan, akan semakin jauh tersesat.
Allah SWT menjelaskan tentang iman seperti ini sebagaimana firmanNya dalam surah An Nisa; :137. Maknanya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, Maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.
Oleh karena itu, wajiblah bagi kita untuk selalu menjaga dan terus berusaha meningkatkan keimanan, sehingga iman kita menjadi kuat. Pada dasarnya, keimanan yang ada dalam dada kita ini adalah lanjutan kesaksian kita sebelum kita dilahirkan ke dunia ini. Allah SWT menjelaskan tentang hal ini dalam surah Al A’raf : 172. Maknanya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Kita dilahirkan di dunia ini, diberikan kepada kita fitrah yang sesuai dengan ajaran Islam, antara lain kemudahan untuk meningkatkan kekuatan iman, dan Allah SWT memberikan amalan-amalan untuk meningkatkan keimanan tersebut untuk dilaksanakan agar menjadi orang yang bertaqwa :
Pertama, berdoa memohon petunjuk kepada Allah SWT, agar mendapat hidayah khususnya dalam rangka menguatkan iman. (QS Muhammad :17). Maknanya :Dan oraang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan Balasan ketaqwaannya.
Tambahan petunjuk atau hidayah Allah itu mendatangkan ketaqwaan melalui proses kekuatan iman. Bisa juga dengan doa singkat sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW ketika ragu-ragu dalam mengerjakan sesuatu, maka ucapkanlah aamantu billah wa rasuulih (aku beriman kepada Allah dan RasulNya). Begitu juga berdoa di akhir menjelang salam yakni : Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii ‘alad diinik ( Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku, pada agamaMu). Jadi, langkah awal adalah langsung memohon kepada Allah, agar mendapat hidayahNya.
Kedua, berdzikir. Mengingat dan menyebut Asma Allah SWT. Dengan berdzikir akan terjadi ketenteraman dalam hati. (QS Ar Ra’du : 28). Maknanya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Dengan ketenteraman itu, Allah SWT menambahkan iman. (Al Fath : 4).
Ketiga, Istiqamah. Berusaha secara sadar menjadi seorang yang beriman dan menerapkan iman dalam wujud nyata. Yakni mengamalkan perintah dan anjuran Rasulullah SAW. baik yang wajib maupun yang sunnah. (QS Al Ahqaaf : 13).
Kekhawatiran, ketakutan dan duka cita akan dihilangkan oleh Allah SWT, diganti dengan ketenangan jiwa. Tenangnya jiwa merupakan awal meningkatnya keimanan yang diberikan oleh Allah ke dalam hati orang mukmin.
Keempat, bersyukur. Bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat keimanan. Karena keimanan merupakan kenikmatan yang amat agung. Pastilah dengan bersyukur itu, iman kita bertambah. (QS Ibrahim : 7). Maknanya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Mungkin saja setiap hari, terasa dalam hidup ini menanggung beban iman yang lemah. Demikian itu dimulai sejak diajari Islam, tanpa adanya peningkatan keimanan, memang akan terasa capek membawa iman yang lemah. Merasakan hidup di dunia, serasa dipenjara, merasakan banyak larangan. Sampai-sampai kadang keluar ucapan : “ Enak menjadi orang yang tidak beriman, karena tidak dibebani dengan kewajiban-kewajiban, dan tidak ada larangan-larangan”. Demikian inilah keadaan orang yang imannya lemah, mudah digoda dengan maksiyat, kalau maksiyat itu dibiarkan, jalan dan diterus-teruskan, akan semakin jauh tersesat.
Allah SWT menjelaskan tentang iman seperti ini sebagaimana firmanNya dalam surah An Nisa; :137. Maknanya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, Maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.
Oleh karena itu, wajiblah bagi kita untuk selalu menjaga dan terus berusaha meningkatkan keimanan, sehingga iman kita menjadi kuat. Pada dasarnya, keimanan yang ada dalam dada kita ini adalah lanjutan kesaksian kita sebelum kita dilahirkan ke dunia ini. Allah SWT menjelaskan tentang hal ini dalam surah Al A’raf : 172. Maknanya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Pertama, berdoa memohon petunjuk kepada Allah SWT, agar mendapat hidayah khususnya dalam rangka menguatkan iman. (QS Muhammad :17). Maknanya :Dan oraang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan Balasan ketaqwaannya.
Tambahan petunjuk atau hidayah Allah itu mendatangkan ketaqwaan melalui proses kekuatan iman. Bisa juga dengan doa singkat sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW ketika ragu-ragu dalam mengerjakan sesuatu, maka ucapkanlah aamantu billah wa rasuulih (aku beriman kepada Allah dan RasulNya). Begitu juga berdoa di akhir menjelang salam yakni : Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii ‘alad diinik ( Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku, pada agamaMu). Jadi, langkah awal adalah langsung memohon kepada Allah, agar mendapat hidayahNya.
Kedua, berdzikir. Mengingat dan menyebut Asma Allah SWT. Dengan berdzikir akan terjadi ketenteraman dalam hati. (QS Ar Ra’du : 28). Maknanya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Dengan ketenteraman itu, Allah SWT menambahkan iman. (Al Fath : 4).
Ketiga, Istiqamah. Berusaha secara sadar menjadi seorang yang beriman dan menerapkan iman dalam wujud nyata. Yakni mengamalkan perintah dan anjuran Rasulullah SAW. baik yang wajib maupun yang sunnah. (QS Al Ahqaaf : 13).
Kekhawatiran, ketakutan dan duka cita akan dihilangkan oleh Allah SWT, diganti dengan ketenangan jiwa. Tenangnya jiwa merupakan awal meningkatnya keimanan yang diberikan oleh Allah ke dalam hati orang mukmin.
Keempat, bersyukur. Bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat keimanan. Karena keimanan merupakan kenikmatan yang amat agung. Pastilah dengan bersyukur itu, iman kita bertambah. (QS Ibrahim : 7). Maknanya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
0 komentar:
Posting Komentar