KH Agus Ali Masyhuri
Allah SWT berfirman dalam surah Al Qalam : 4 yang maknanya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Pujian ini tertanam dalam inti semesta. Tidak ada satu pun pena atau gambaran (diskripsi) yang sanggup menggambarkan kemuliaan pujian dari kalimat ini yang berasal dari pemilik alam semesta, Allah. Akhlak mulia di dalam ayat ini, sebagaimana yang ditegaskan oleh Imam Ath Thabari, pujian bermakna tata krama yang tinggi ; yaitu tata krama Al-Qur’an yang telah Allah tanamkan di dalam jiwa Rasulullah SAW. Tata krama ini tercermin melalui Islam dan ajarannya. Jiwa Rasulullah SAW merangkum berbagai akhlak mulia, seperti sifat malu, mulia, berani, menepati janji, cerdas, ramah, sabar, memuliakan tamu/anak yatim, berperangai baik, jujur, pandai menjaga diri, senang menyucikan diri, berjiwa bersih, dsb.
Tidak ada bahasa, tidak ada gubahan sastra, tidak ada bentuk syair dan susunan kata yang bisa dibuat menggambarkan tentang keagungan dan kebesaran Rasulullah SAW secara pas dan klop, karena mulianya Rasulullah SAW. Tegasnya, bahwa Rasulullah SAW memadukan takwa kepada Allah dan sifat-sifat terpuji. Takwa kepada Allah SWT, dapat memperbaiki hubungan antara seorang hamba dan Allah, sedangkan akhlak mulia dapat memperbaiki hubungan dengan sesama makhluk. Jadi takwa kepada Allah SWT akan melahirkan cinta seseorang kepada-Nya, dan akhlak mulia dapat menarik cinta menusia kepadanya. Hisyam bin ‘Amr pernah bertanya kepada Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah SAW, Aisyah r.a. menjawab : “Akhlak Nabi SAW adalah Al –Qur’an”. (HR Muslim)
Sungguh, jawaban Aisyah ini cukup singkat, namun cerdas penuh makna. Ia menyifati Rasulullah SAW dengan satu sifat yang dapat mewakili seluruh sifat yang ada. Memang tepat lagi benar, bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah dalam surah Al Israa’ : 9. Yang maknanya : Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,
Anas r.a, berkata : “Sungguh, Rasulullah benar-benar manusia dengan akhlak paling mulia” (Bukhori dan Muslim).
Anas r.a, juga berkata dalam riwayat lain : “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih halus dan lembut dari pada telapak tangan Rasulullah SAW. Aku tidak pernah wewangian yang lebih harum dari pada badan Rasulullah SAW. Selama sepuluh tahun aku berkhidmah kepada beliau, aku tidak pernah mendengar beliau mengucapkan kata, “ah” sebagaimana beliau tidak pernah mempertanyakan apa yang aku kerjakan, kenapa kamu mengerjakan ini? atau Bukankah seharusnya kamu menerjakan seperti ini? (HR Bukhori dan Muslim).
Tidak ada bahasa, tidak ada gubahan sastra, tidak ada bentuk syair dan susunan kata yang bisa dibuat menggambarkan tentang keagungan dan kebesaran Rasulullah SAW secara pas dan klop, karena mulianya Rasulullah SAW. Tegasnya, bahwa Rasulullah SAW memadukan takwa kepada Allah dan sifat-sifat terpuji. Takwa kepada Allah SWT, dapat memperbaiki hubungan antara seorang hamba dan Allah, sedangkan akhlak mulia dapat memperbaiki hubungan dengan sesama makhluk. Jadi takwa kepada Allah SWT akan melahirkan cinta seseorang kepada-Nya, dan akhlak mulia dapat menarik cinta menusia kepadanya. Hisyam bin ‘Amr pernah bertanya kepada Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah SAW, Aisyah r.a. menjawab : “Akhlak Nabi SAW adalah Al –Qur’an”. (HR Muslim)
Sungguh, jawaban Aisyah ini cukup singkat, namun cerdas penuh makna. Ia menyifati Rasulullah SAW dengan satu sifat yang dapat mewakili seluruh sifat yang ada. Memang tepat lagi benar, bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah dalam surah Al Israa’ : 9. Yang maknanya : Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,
Anas r.a, berkata : “Sungguh, Rasulullah benar-benar manusia dengan akhlak paling mulia” (Bukhori dan Muslim).
Anas r.a, juga berkata dalam riwayat lain : “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih halus dan lembut dari pada telapak tangan Rasulullah SAW. Aku tidak pernah wewangian yang lebih harum dari pada badan Rasulullah SAW. Selama sepuluh tahun aku berkhidmah kepada beliau, aku tidak pernah mendengar beliau mengucapkan kata, “ah” sebagaimana beliau tidak pernah mempertanyakan apa yang aku kerjakan, kenapa kamu mengerjakan ini? atau Bukankah seharusnya kamu menerjakan seperti ini? (HR Bukhori dan Muslim).
0 komentar:
Posting Komentar